Tiga bulan yang lalu, saya ingat teman saya menelfon saya dan dia bercerita betapa bencinya ia terhadap temannya ( panggil saja Mawar ). Dalam kisahnya, ia menggambarkan bahwa Mawar adalah orang yang begitu egois bahkan tempramen. . Jika Si Mawar memiliki sebuah keinginan dan tidak dituruti, ia akan marah. Bukan meluapkan emosi dengan mengamuk, namun lebih tepat dengan cara "ngambek". Mungkin hal tersebut tidak akan menimbulkan keributan. Tetapi tetap akan menimbulkan kejanggalan di hati bagi orang-orang yang mungkin saat itu sedang ada perlu dengan Mawar bukan? Dan malam itu teman saya menceritakan beberapa kisah tentang Si Mawar yang membuat teman saya tersebut jengkel sehingga teman saya menjaga jarak dengan Mawar secara perlahan-lahan karena ia merasa tidak betah dengannya.
Pada hari-hari tiga bulan setelah ia bercerita, kami sering menghabiskan waktu bersama. Anehnya, seketika ia berubah menjadi pribadi yang persis seperti apa yang ia ceritakan tentang Mawar, temannya. Ia menjadi begitu egois, bahkan sangat egois. Ia selalu menuruti hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Bisa dikatakan egonya lebih parah daripada Mawar. Dan hal tersebut membuat saya sangat jengkel. Namun, apaboleh buat. Bukankah lebih baik saat seseorang membuat salah dan kita menuntunnya menjadi lebih baik, bukan meninggalkannya dengan menyebarkan cemooh dan cacian atas dirinya?
Kesimpulannya adalah, ketika ada orang yang melakukan kesalahan, janganlah kita menghujaninya dengan hujatan dan cacimaki. Karena, percaya atau tidak, segala sesuatu yang kita fikirkan dan lakukan terhadap apapun dan siapapun, suatu saat akan kembali pada kita dan menjadi bagian dari kepribadian kita. Manusia tidak ada yang sempurna. Jangan berusaha menjadi yang terbaik, tetapi jadilah yang lebih baik. Jangan menjadi nomor satu, tetapi jadilah "satu-satunya" . (:
0 comments:
Posting Komentar