Bukan menggurui namun murid yang berbagi catatan kehidupan

Orang Muda Indonesia dan Indonesia Beranjak Tua

        Kita sebagai kaum muda sering disebut sebagai agen perubahan, sebagai juru kunci yang dianggap mampu merubah masa depan negeri ini ditengah-tengah kondisi negara yang mungkin saja patut disebut sebagai sarang mafia hukum, sedang larut dalam perbudakan material. tetapi apakah kita mampu merubah masa depan negeri ini menjadi lebih baik dari sekarang? MAMPU! Perubahan yang besar itu dimulai dari perubahan kecil, dimulai dari perubahan dalam "kita". karena jika kita ingin memperbaiki negara, bukan pemimpinnya yang kita rubah, tapi sikap dari setiap "kita" sendiri! jika setiap manusia berfikir demikian, bukan lagi kemustahilan jika negara kita akan menjadi lebih baik. lalu apa masalah dalam "kita" yang perlu dirubah? mungkin jika kita diminta untuk menilai secara obyektif, dalam nurani kita akan mengatakan bahwa sekarang banyak orang (mungkin termasuk kita) yang mengalami degradasi moral. saat ini belas kasih, rasa peduli hanya sebatas tombol "like" dalam media sosial. banyak orang yang lebih senang menekan tombol "like" dalam medsos ketimbang menekan angka penindasan melalui gerakan nyata! banyak orang yang menjadi lemah karena postingan di medsos. banyak tulisan dalam media sosial tentang dunia anak muda yang lebih banyak diminati ketimbang tulisan yang berpengetahuan. memang menyenangkan membaca tulisan-tulisan galau terutama jika sesuai dengan kondisi hati kita, tulisan lawakan tentang anak muda kekinian yang menghibur, dan banyak lagi. memang menghibur, tetapi secara tidak langsung hiburan tersebut membuat kita menjadi lemah, mengarahkan mindset kita terhadap pelemahan logika dan nurani. kini seolah-olah medsos adalah kitab baru umat manusia. membuat orang-orang mulai lupa dan apatis terhadap masalah yang ada di negeri ini, dukungan termungkin adalah sebuah "like". kemudian orang-orang menjaga jarak dengan politik. orang-orang mulai melupakan pena, melupakan forum, menjual kecerdasan demi membeli kebahagiaan dalam sebuah mall megah, lebih memilih mengkonsumsi pujian dan pujaan daripada kemerdekaan. orang-orang mulai melupakan bahwa jalanan yang kita pijak untuk berjuang itu lebih mewah daripada kursi empuk sang presiden. 
       
       Orang-orang lebih memilih untuk "menuhankan" brand, hotel, mall megah , mengaku berbangga menyambung nyawa dalam sebuah club malam, sedangkan semua bangunan super mewah nan membahagiakan yang menjadi peranakan atas bedera politik tersebut perlahan-perlahan memberantas lahan hijau sedang kita bisa bernafas jika tumbuhan hijau juga bernafas. memang sebagian orang mungkin muak dengan sistem politik, karena setiap puisi yang terlahir dari kerongkongan sang aparatur negara terkadang hanya sebatas pencitraan semu. akhirnya mereka lebih memilih menjadi orang yang berpura-pura suci, menggadaikan HAM kepada kebebasan, dan mereka tidak sadar bahwa kebebasan itu berada dibawah naungan bendera politik. bahkan banyak dari orang-orang tersebut akan berkata tidak mungkin jika mendengar kata perubahan lebih baik dalam negeri ini. tetapi mari sejenak kita renungkan, jika setiap manusia berfikir demikian, bukankah semakin jelas kejayaan akan berkubang dalam kantong para aparatur negara? jika kita semua lebih memilih apatis terhadap masalah di negara ini dengan alasan muak, siapa yang akan membebaskan HAM dari tangan-tangan dusta itu? selain itu bukankah ketidakmungkinan adalah kemenangan yang akan selalu dirindukan? apalagi dalam ketidakmungkinan tersebut masih terdengar sebuah kemungkinan besar! karena rakyat takut pada pemerintah, pemerintah takut pada presiden, dan PRESIDEN TAKUT PADA RAKYAT!!! tetapi jika rakyat kehilangan taring, siapa yang akan menjadi monster bagi para aparatur pemerintah? itulah gambaran kecil tentang permasalahan besar dalam negeri ini! mengapa kita lebih memilih membisu sedang berkata "bisa" adalah modal yang luar biasa? mengapa kita lebih memilih membuta melihat kekuasaan membabi buta menindas para jelata? mari renungkan kembali, kita adalah jelata, kita sedang sengsara dibawah penindasan, kita tidak butuh motivasi dan dukungan, yang kita butuhkan adalah rasa saling mendukung dan kesadaran, kesadaran bahwa perubahan ada di tangan kita! KITA, RAKYAT INDONESIA! , SANG JELATA! jika bukan kita, siapa lagi? 
Salam perjuangan! Hidup rakyat Indonesia! Hidup mahasiswa Indonesia!

ttd. 
Mahasiswa Pendosa




0 comments:

Posting Komentar

Orang Muda Indonesia dan Indonesia Beranjak Tua