"Orang yang paling beruntung adalah mereka yang tidak pernah lahir, yang kedua, lahir namun mati muda, dan yang tersial adalah mereka yang hidup sampai tua." Kurang lebih seperti itulah quote milik Soe Hok Gie. Terkadang saya berfikir, untuk apa saya dilahirkan? Apa Tuhan begitu jahat sehingga saya dilahirkan dan menjadi boneka-Nya? Banyak sekali makna hidup yang belum saya fahami. Seperti arti sebuah "keadilan" dan juga "kebebasan".
Terkadang saya iri terhadap hewan. Mereka hidup tanpa beban. Seolah-olah memang jalan hidup mereka telah diatur seutuhnya oleh Tuhan. Berbeda dengan kita yang harus menentukan tujuan hidup kita sedangkan kita tidak diberikan kebebasan dan keadilan atasnya. Haruskah saya menjadi hewan, dimana satu-satunya beban yang ditanggung hanyalah "bertahan hidup"? Tetapi saya bertanya-tanya, apakah mereka akan merasakan kehidupan setelah mati? Jika jawabnya adalah "ya" dan mereka akan bahagia karena memakan sesama jenis, bercumbu tanpa aturan bukanlah sebuah dosa, maka saya akan iri dengan hewan.
Lalu untuk apa kita hidup? Beberapa hal yang saya fahami adalah, tujuan hidup kita hanya untuk menjawab sebuah pertanyaan "who will cry when i die?". Itulah pertanyaan yang akan menggambarkan seberapa berhargakah kita di dunia ini. Tetapi bagi saya, hal lain yang lebih berharga dari sebuah tujuan hidup adalah perjalanan hidup kita selama di dunia. Karena itulah yang akan menentukan bagaimana nasib kehidupan kita setelah kita tiada-mati.
Di sinilah tantangan kehidupan, yaitu menyusun puing-puing nasib yang akan kita lakoni setelah kita tiada. Dengan melupakan tentang masalalu, tidak mau tau tentang masa depan, dan hanya fokus terhadap apa yang sedang terjadi. Saya sadar saya hanyalah sebatang kara. Tidak berarti jika saya menyalahkan Tuhan karena telah membuat saya ada di dunia, atau memberontak dengan mengatasnamakan kebebasan demi keadilan menurut kita. Keluarga dan teman hanya untuk meringankan hidup, dan pemuka agama hanyalah membantu kita memberi penerangan perjalanan kita karena saya adalah manusia beragama. Dan saya bersyukur karena Tuhan melahirkan para pemuka agama yang berarti bagi kaumnya. Tetapi, sadar atau tidak, pemuka agama yang begitu berarti bagi orang lain hanyalah manusia biasa ketika ia terlahir. Saya dan para pemuka agama sama-sama manusia biasa, yang membedakan hanyalah hidup mereka telah berarti bagi banyak orang sedangkan saya tidak, atau mungkin hanya belum. Tetapi jika mereka bisa membuat hidupnya berarti bagi ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, kenapa saya tidak?
Mungkin saya telah menemukan tujuan hidup saya, yaitu menjadi orang yang berarti bagi orang lain sebelum saya mati dan menyusun kehidupan setelah saya mati, karena, kita adalah sutradaranya dan Tuhan produsernya. Itulah tujuan yang ada dalam benak saya saat ini. Tetapi entah jika suatu saat saya memiliki tujuan yang berbeda. Saya tidak tahu apa yang akan saya rasakan dan saya lakukan di hari kemudian dan saya tidak ingin menjanjikan bahwa saya akan selalu seperti ini, karena sekali lagi, saya tidak ingin berangan-angan tentang masadepan, karena itu hanya akan menghalangi langkah saya saat ini.
0 comments:
Posting Komentar