Aku ingin mencium fajar
Lalu kusudahi pelukan kelopak kepada mata
Bersiap membaca bait puisi
Yang tersaji terang di ladang bintang dikala langit senang
Namun...
Saat jendela menganga
Saat mata berkonsentrasi
Yang kulihat adalah ketiadaan atas angan-angan
Hanya hitam yang ku pandang
Tiada awan berarak-arakan
Tiada sinar kuning
Hanya sinar putih milik kapitalis
Parahnya,
Sang rembulan, ia kurang ajar
Ia berjanji menemani tidurku
Tapi malah berlari mengejar mentari
Ah.... aku takmau menyelami prasangka bernafas dosa
Mungkin saja mereka sedang berteduh
Takut hujan melukai indahnya
Atau mereka jenuh menelan kerakusan manusia,
Dan memilih terlelap berselimut kabut
Oleh karenanya manisku...
Aku tak berharap engkau seindah bintang,
Aku tak berharap engkau pandai menari seperti arakan awan,
Aku tak berharap wajahmu sempurna seperti bulat purnama,
Jika hanya akan enyah termakan waktu seperti mereka
Biarkan jiwamu menetap dalam raga yang sederhana
Jangan lepas cermin dalam hatimu,
Setialah berkaca dan hapus segala dosa
Maka kubiarkan malaikat mencatat pahala
Atas perliku saling memberi bahagia
Maka aku akan setia memelukmu
Melalui doaku kepada Tuhan
Meski dibentang jarak
Meski dijarak waktu
04.21 WIB
Yogyakarta, 21 Juni 2016
Kurang menyentuh ah, yang nulis gatau hati cewe apa
BalasHapusJanzik komentar pisan pedes koyo rambutmu :( Kecup manis sini jak :*
Hapusbangsaaaat, tulisan opo iki
BalasHapusTulisan anu dod. Seng nulis si anu pas lagi anu makane anu
HapusApa apaan ini
BalasHapus